Selasa, 29 Maret 2016

Renungan Malam Ini

Ceritanya malam ini gue lagi belajar buat ulangan besok. Tapi karena ulangannya besok matematika dan sudah rada mudeng dan rasanya males banget buat belajar jadinya gue malah mikirin hal-hal yang gak penting. Penting gak penting sih soalnya terngiang-ngiang terus di fikiran gue dengan perasaan antara protes, miris, dan intinya gelisah lah. 

Entah kenapa gue prihatin sama kebanyakan orang "anak" zaman sekarang. Entah karena apa gue mungkin bisa sebutin banyak alasannya karena mungkin gue bukan anak yang hits apalah populer masa kini dan gue juga gak terlalu menuntut itu ataupun berharap lebih. Tapi mungkin alasan terbesarnya adalah karena gue beda prinsip dan pemikiran sama sebagian besar khalayak di sekitar gue sekarang. Ya memang tiap-tiap orang pasti berbeda pemikirannya tapi setidaknya pemikiran masing-masing orang ada jenisnya atau bisa dikelompokkan berdasarkan arah dan tujuannya dan dengan masing-masing cara mereka yang hampir sama.

Sebenarnya ini bukan kritikan sih tapi sekadar renungan aja bagi gue dan yang mau membaca. Ini berbicara mengenai kebiasaan-kebiasaan buruk yang mungkin sudah menjadi keumuman di tengah masyarakat. Contoh sederhananya aja  :

Dalam sebuah forum diskusi misalnya saja sebagai pelajar membahas rencana kerja kelompok gitulah sederhana. Nah disitu misalnya belum ada atau sulit mencari penengah dan lo yang gak sabar dengan keputusan yang tidak segera diambil lo mencoba menengahi gitulah. Nah setelah itu lho coba tanyain satu per-satu member dari kelompok lo. Bagaimana menurut lo? Enaknya gimana? Maunya seperti apa? Nah hampir semuanya bilang apa coba, kebanyakan "TERSERAH" , "AKU NGIKUT AJA". Nah mungkin juga sebagian orang memberikan syarat-syarat khususnya dan itu berhubungan dengan eksistensinya di kelompok itu dan kaitannya dengan kepentingan yang lain. Lah itu memang bisa menjadi salah satu bahan pertimbangan pengambilan keputusan. Tapi presentasinya mungkin cuma 20% sebagian besar keputusan adalah "TERSERAH". Nah sebenarnya lo pengen denger suara terbanyaknya apa dan lo mau ikutin, tapi kalo keputusan terbesarnya adalah "TERSERAH" terus endingnya terserah sama siapa dong? Nah secara tidak langsung lo harus ngambil keputusannya dan berharap bisa disetujui sama semua anggota. Lo bicarakan pendapat lo itu ke semua anggota. Eh akhir-akhirnya ada yang gak setuju sama pendapat lo dan mungkin aja jadi kaya marah sama lo. Jadinya dalam hati lo berfikir "Katanya tadi terserah, nah pendapatnya kenapa gak diusulin dari tadi?". Jadi serba salah deh lo. Hmmm.. 

Nah dari contoh di atas, gue cuma negasin negara ini itu setiap orang bebas memberikan suaranya/aspirasinya. Jadi jangan takut ngutarain pendapat lo. Tapi dengan catatan pendapat lo itu harus masuk di akal, gak cuma bersumber dari emosi, tidak menyinggung orang lain dalam berkata atau yang lainnya, nah terpenting lagi pendapat lo itu harus bisa dipertanggung jawabkan setidaknya lo yang ngasih pendapat juga ikut andil dalam saran lo. Gak cuma asal berpendapat biar bisa ditampung padahal lo aja males nglakuin pendapat lo itu. Satu lagi, jangan mudah marah ya jika pendapat lo itu mungkin aja tidak dijadikan keputusan. Setidaknya lo udah berusaha ngasih pendapat terbaik beserta alasan-alasan yang mendasarinya. Dan jika lo nggak ngasih pendapat dan lo ngikut aja, jangan sampai setelah keputusan diambil lo jadinya gak terima dan marah gitu aja. Setidaknya saat pendapat itu diusulkan lo juga ngasih argumen setuju apa tidak. Jangan setelah keputusan diambil lo nya malah protesnya baru muncul. 

Selain itu juga ada hal lain yang terngiang di fikiran gue. Soal jangan suka menuntut orang lain, jadilah orang yang sederhana, dan mandirikan diri lo sedini mungkin. Pertama, soal menuntut orang lain itu. Contohnya mungkin orang lain mengajak lo dalam suatu hal yang sederhana, nah terus lo nangkepnya dia harus konsisten dengan apa yang dia katakan. Bener sih itu bener, tapi lo juga harus bersikap sederhana. Jangan hal yang orang lain itu pengennya dia lakukan dengan sederhana tapi elunya pengen yang gak sederhana. Itu udah beda ya. Jadi jangan paksa dia untuk menuruti keinginan lo yang maunya melakukan hal itu "hal positif" sebenarnya yang lo pengen lakuin dengan cara yang gak sederhana. Mungkin saja orang lain itu terbebani dengan hal itu soalnya dia udah terbiasa sederhana sedang lo gak terbiasa seperti itu. Ya mungkin sadar akan hal itu sulit. Tapi setidaknya jika dia membatalkan rencananya itu, jangan lo musuhi dengan kata-kata "gak konsisten". Sebenarnya dia mungkin punya pertimbangan khusus yang gak bisa dia katakan dan kalo dia katakan akan menimbulkan kesalahpahaman. Janganlah mudah marah dan berbesar hatilah. Kalo mudah marah itu keras kepala. Apalagi disertai dengan sikap yang kekanak-kanakan. Gak bagus itu. OK!

Next, soal mandiri. Jujur gue belum bisa mandiri sepenuhnya. Tapi setidaknya gue udah berusaha. Dalam konteks yang berbeda dengan mandiri dari orang tua karena itu susah tapi kalau berusaha bakal bisa dijalanin. Ini mandiri dalam kehidupan sehari-hari yang sederhana. Jangan mudah menggantungkan diri kepada orang lain utamanya jangan menyerah dengan potensi atau kemampuan yang lo miliki. Mungkin saja lo sebenarnya punya kemampuan yang lebih besar tapi lo gak sadari karena mungkin tertutup dengan sikap yang Easy to GIVE UP. So, jangan mudah menyerah ya lads! Jangan cuma kata-kata tapi juga sikap. Gue yakin jika udah bisa menerapkan untuk tidak mudah menyerah. Lo pasti bisa terbiasa melakukan hal dengan mandiri namun bukan berarti menutup diri untuk tidak bisa kerja sama dengan orang lain. Namun setidaknya dalam konteks khusus lo andalkan sendiri kemampuan lo, mandiri. Percaya pada kemampuan lo. OK!

Semua ini cuma buat renungan, bukan bermaksud menyindir sesuatu. Maaf jika ada banyak kata kurang berkenan. 



Kamis, 17 Maret 2016

Poem : A Strange Feeling to A Stranger

Ku ingin menulis sebuah puisi
Tentang suatu kisah
Tentang perasaan ini
Yang mungkin resah

Mega-mega putih menghilang
Jingga-jingga mulai muncul merebut kedudukan terang
Gulita datang seiring dengan raut wajahmu
Yang mulai memudar dari anganku

Ingatanku tentangmu termakan waktu
Betapa hatiku merasa rindu
Rindu yang sangat dalam nan menyakitkan
Menyadari kenyataan mungkin ku takkan lagi bertemu denganmu

Kau orang asing
Ku tak tahu siapa dirimu
Namun kebersamaan kita beberapa hari lalu
Menyisakan sedikit rasa yang tak dapat sirna

Setelah waktu itu berakhir
Aku merasa ada sesuatu yang hilang
Salah satu ruang hatiku meneriakkan semua momen
Yang telah terjadi dan ingin rasanya kembali

Aku mencoba mencarimu dengan ketidakberdayaanku
Kucari tahu siapa dirimu
Dimana dirimu
Dan bagaimana raut wajahmu yang kini mulai menghilang dariku

Aku susah payah mengingatmu
Mengingat wajahmu yang semakin menghilang
Namun terkadang muncul dalam seberkas cahaya
Yang menyelinap di balik ruang fikiranku yang padam

Dan hanya kuingat semua tanda ini
Raut wajahmu yang menunjukkan jiwa mudamu
Gelang tali yang kau pakai seolah kau adalah pemuda masa kini
Baju dan jaket yang kau pakai yang menunjukkan kebebasan dan keberhasilan di usia mudamu
Dan jam di pergelangan tanganmu serta tanganmu yang menunjukkan bahwa kau adalah pekerja keras
Gayamu menunjukkan bahwa kau adalah orang yang santai, dingin, dan bad boy
Cara bicaramu yang sopan kepada rekan tepungan anyarmu menunjukkan bahwa kau adalah orang yang menjunjung tata krama
Entah kenapa aku menyukai itu yang kuingat

Sejenak aku membahagiakan hati dan fikiranku
Dengan mendengarkan lagu yang beralun saat kebersamaan kita
Serta mendendangkannya dengan penuh perasaan
Seolah aku kembali lagi dalam kebersamaan itu
Yang kusadari hilangnya sesuatu saat perpisahan kita

Bahkan aku tak tahu siapa namamu
Yang mengganggu fikiranku akhir-akhir ini
Merebut semua bayang-bayang angan di hariku
Berharap aku akan bertemu denganmu lagi

Aku tak bisa mengatakan rasa ini pada siapapun
Karena mungkin ini sangat rancu dan aneh
Mungkin saja ini akan dicandakan
Namun biarkan puasku menuliskan rasa di puisi ini
 

Aulia's WRITING Template by Ipietoon Cute Blog Design and Homestay Bukit Gambang